A Chapter of Flashback.
“Posisi target?”
Karel mengaktifkan earphone di telinganya yang tersambung dengan telepon Tara. Selagi pandangan kedua mata Karel menyapu sekitaran kelab malam yang disesaki kerumunan orang mabuk, kakinya melangkah mencari keberadaan target ke seluruh penjuru tempat.
“Arah jam 10,” jawab Tara.
Karel menoleh, melihat targetnya kali ini sedang berkumpul dengan beberapa gadis seksi di pojok ruangan. Karel lalu menoleh pada Tara yang stand by di lantai atas sambil mengangkat alis.
“Sikat.”
“Okay, then. I am on my way,” kata Karel.
“K, good luck ma bro.”
Sambungan telepon terputus.
Karel menyiapkan senjata yang diberikan oleh Sean di saku jaket hitam. Katanya senjata kecil itu mampu membunuh orang tanpa meninggalkan suara keras layaknya pistol atau revolver. Sean bilang dampak dari senjata itu memberikan efek sengatan listrik cukup hebat hingga mampu merusak cara kerja jantung sang target.
Kalau dipikir-pikir, cara tersebut lebih efisien daripada Karel harus membawa target keluar kelab malam dan mengeksekusinya dengan pistol kebanggaan yang ia miliki.
Sembari menenggak vodka, Karel mengamati gerak-gerik targetnya lamat-lamat. He seems like a good guy but actually a bastard inside. Dua jam menunggu, sang target masih setia berada disana bersama kawanan gadisnya.
Karel mendengus jengah.
“Those bitches are surrounding on him. Gue gak bisa jalan kalo gini caranya,” kata Karel saat teleponnya tersambung lagi dengan Tara yang masih berada di lantai atas.
“Bentar, gue suruh Ergi yang ngurus jablay-jablay itu.”
Karel melihat targetnya berdiri meninggalkan tempat terakhir. Otomatis lelaki itu ikut berdiri sambil menahan pening yang melanda karena terlalu banyak menenggak vodka. Tara, dari ujung sana, berkali-kali menyadarkan Karel agar tidak hangover.
“Goblok, kan udah gue bilang jangan kebanyakan minum.”
“Sori, abis gue ketagihan.”
“Si tolol.”
Rasa pening itu makin menghampiri saat kedua kaki Karel berusaha mengejar langkah sang target yang berada beberapa meter di depannya. Suara makian dari Tara di telepon tak ia hiraukan. Begitu sudah dekat pintu keluar, Karel mengeluarkan senjata kecil dari jaket dan berniat mengulurkan tangannya menuju bagian belakang kepala sang target sambil tetap berlari kecil.
Namun malangnya, Karel kalah cepat. Seorang gadis sudah lebih dulu menghantam kepalanya dengan sebuah batako.
Karel tak sempat melihat bagaimana perawakan gadis yang berani menghalangi misi kali ini sebab ia terjatuh di tempat dan tak sadarkan diri setelahnya. Sementara gadis yang entah siapa namanya itu segera membawa kabur sang target dari tempat.
Sadly that night, Karel was ruined the mission.