do you think i have forgotten about you?
i recommend you listen to “about you” by the 1975 while reading this! enjoy the ride<3
“jadi beneran mau pulang sendirian?” megan bertanya lagi, memastikan. takut-takut naia berubah pikiran. mereka sudah berada di stasiun sekarang, megan dan dhanti yang mengantar. meskipun keputusan naia untuk pulang sendiri ke bekasi sempat mendapat larangan dari berbagai pihak, megan tetap gak bisa menghentikan permintaan temannya itu.
naia mengangguk, “gue udah sampe stasiun, udah beli tiket juga. masa nggak jadi? kasian mama gue kalo dikasih harapan palsu ternyata gue gagal balik.”
“coba kalo masih sama naka, pasti lo gak akan pulang sendirian. terus nanti bakal ditemenin kayak yang waktu itu loh nai,” kata dhanti lagi sambil cengengesan.
megan langsung menyenggol bahu dhanti, mengisyaratkan temannya yang satu itu untuk berhenti mengungkit hal-hal yang sejatinya sudah menetap di masa lalu. “eh, sorry nai. kelepasan.”
naia hanya menanggapi dengan tawa kecil, “santai.”
begitu pemberitahuan kereta datang sudah diumumkan, megan dan dhanti langsung berhambur memeluk naia sebelum gadis itu masuk ke dalam kereta.
“we'll miss you, bestie,” dhanti yang pertama melepas pelukan erat mereka.
“will miss you too, gue gak akan lama kok disana cuma seminggu.”
“cuma seminggu kata lo? seminggu tuh lama,” megan mengomel.
“iya seminggu lama soalnya yang sebentar itu hubungan naka sama naia,” kata dhanti lagi.
“astaga dhanti, lo bisa gak sih gak ngeroasting temen lo sendiri?” megan jadi orang yang selalu protes. naia bagian ketawa-ketiwi aja karena udah biasa dengan sikap dhanti yang hobi roasting sana-sini.
sesaat kemudian naia beranjak naik memasuki kereta, meninggalkan megan dan dhanti yang masih setia berpijak di tempat mereka berdiri. naia melihat keluar dari tempat duduk dan menemukan megan serta dhanti sama-sama sedang melambai ke arahnya. ia lalu balas melambai melalui jendela sambil menghela nafas berat, diperhatikannya keadaan sekitar yang terlampau kosong dan lengang.
iya ya, andai masih sama naka.
—
sepi menyambut sesaat setelah kereta berjalan. tetapi keadaan di luar berbanding terbalik dengan suasana di dalam. mungkin karena ini bukan musim liburan, jadi hanya ada beberapa orang yang duduk di bangku penumpang. kebetulan naia mengambil tiket ekonomi karena ingin menghabiskan banyak uang saat sudah berada di bekasi, jadi sengaja ia menekan pengeluaran untuk ongkos pulang pergi.
there was something about you that now i can't remember
begitu lirik lagu itu menyapa indera pendengaran, tak ada yang naia pikirkan kecuali sosok naka yang muncul dalam benaknya tanpa permisi. lelaki itu memenuhi setiap sudut dari bagian otaknya saat ini. naia menggelengkan kepala seperti berusaha mengeluarkan naka dari dalam pikiran.
bagai perangko yang ditempel pada surat-surat lawas, kehadiran naka justru malah menempel dan menetap di sana. tidak mau dikeluarkan, juga tidak bisa dilepas paksa. membuat naia jadi sedikit agak cemas. cemas karena ternyata detail-detail kecil dari lelaki itu hampir tidak dapat naia ingat lagi.
naia bahkan hampir lupa bagaimana model rambut naka saat ini, apakah warna rambut naka masih sama hitamnya seperti dulu? apakah cara jalannya masih sama? apakah naka sudah gak pernah lagi cari gara-gara dengan orang lain? apakah naka sudah berlatih menampilkan senyum ramah?
it's the same damn thing that made my heart surrender
ia akui belakangan ini sama sekali tidak berpapasan dengan naka membuatnya jadi lupa bagaimana perawakan laki-laki itu di dunia nyata. berada di satu kampus dan di fakultas yang sama pun belum tentu bisa mempertemukan kembali mereka berdua.
naka yang sekarang bukan tipe lelaki yang suka mengumbar kegiatannya di sosial media. terakhir kali naia mengecek akun twitternya, cuma diisi dengan retweet-an dari berbagai isu yang sedang terjadi di indonesia. hanya itu dan naia gak bisa memantau apakah mantan pacarnya baik-baik saja hanya lewat sana.
and i miss you on a train i miss you in the morning
she misses him so deeply and the feeling made her soul shattered like forevermore. naia rindu melihat binar cerah dari netra naka, naia rindu dijemput setiap pagi dan diantar ketika malam sudah tiba setelah mengelilingi kota malang, naia rindu masakan bunda-nya naka dan nina yang selalu menyambutnya dengan pelukan.
naia rindu segala-galanya yang ada dalam diri naka —yang saat ini tidak bisa ia lihat dalam jarak dekat, yang saat ini tidak bisa ia sentuh, yang saat ini tidak bisa lagi naia peluk.
should i text him to make sure he's okay? batin naia bersuara, sambil menimbang apakah menghubungi naka merupakan keputusan buruk atau bukan. ponselnya sudah ada dalam genggaman, hanya tinggal mengetik beberapa kata basa-basi untuk dikirimkan. naia spontan merutuki diri, ternyata terakhir kali naka menghubunginya lewat pesan, naia malah tidak membalas lagi.
“naia?”
dan hebatnya, kerinduan naia dengan naka kini mengubahnya jadi sosok yang suka berhalusinasi. ia sekarang bisa mendengar jelas suara lelaki itu di sekitar sini. aroma parfum lelaki itu bahkan tercium dari bangku yang naia duduki. sembari menunduk meratapi ponsel, dalam hati naia berharap kalau ia hanya sekedar berhalusinasi. meski nyalinya kecil, naia beranikan diri untuk mendongak menatap sekitarnya.
hanya untuk menemukan naka ada di depannya.
teduh dari sepasang netra milik naka terpancar, meski ada kekosongan dalam bola matanya. rambut naka tidak lagi sepenuhnya hitam, tapi ada sedikit warna cokelat disana. garis rahangnya tampak jelas, sepertinya lelaki ini mengurangi porsi makan.
naka-nya sudah banyak berubah.
“eh? naka?” naia bergumam kecil. entah ini sekedar halusinasi atau bagian dari mimpi, tetapi naka yang ada di depannya tampak seperti naka yang asli.
“hai..?” naka menampilkan senyum tipis, sangat tipis sampai naia gak bisa memastikan apakah lelaki itu benar-benar sedang senyum atau tidak.
naia gak sempat membalas sapaan naka, yang ada di otaknya saat ini adalah sebuah tanda tanya besar— mengapa lelaki ini bisa ada di dalam kereta yang sama dengan naia? dengan tujuan ke bekasi? sejauh yang naia tau, naka gak punya teman ataupun kerabat dekat disana. dan terakhir kali naka mengunjungi kota bekasi, lelaki itu hanya ingin menemani naia.
lalu yang sekarang, untuk apa?
“why are you here?”
“because you are here.”
naia mungkin bisa lupa detail-detail kecil yang ada pada diri naka. tetapi, naka tidak pernah lupa akan segala hal tentang naia-nya.
termasuk tentang ini; tentang bagaimana naia tidak bisa dibiarkan pergi seorang diri. maka tanpa diminta, naka akan senantiasa menemani kemanapun langkah gadis itu pergi.