The Found Corpse

“Ada apa sih? Kayaknya tadi denger suara teriakan.”

“Iya, Mba, aku juga denger. Dari rumah yang kosong itu.”

“Bukannya itu rumah udah ada yang nempatin ya? Tadi saya sempet liat ada yang masuk ke rumahnya. Cewek gitu, mungkin anak kuliahan.”

Karel keluar dari persembunyian tepat saat keadaan di sekitar rumahnya mulai ramai dikerebungi warga kompleks. Mereka bergerumul di depan sebuah rumah, mencoba menilik ada kejadian apa di dalam sana. Kalau tidak salah tangkap, Karel juga sempat mendengar suara teriakan yang asalnya dari rumah dengan nomor alamat 4 itu. Suaranya cukup familiar, seperti suara Tante Yola.

Shit. Why is everyone gathered here? It's just gonna get me into trouble, batin Karel.

Garis kuning polisi membentang di depan pintu rumah membuat beberapa warga sekitar yang penasaran tidak bisa masuk ke dalam sana. Sebagian mengeluarkan protes, tetapi dua polisi yang berjaga dekat pintu itu tak ingin menghiraukan.

Karel mendengus. Ia yang tau inti permasalahan itu mencoba untuk menerobos masuk tanpa takut. Seorang polisi muda langsung menahan langkahnya.

“Maaf, yang gak berkepentingan dilarang masuk.”

I wanna know what the hell was happened in this house. Let me in,” kata Karel tegas.

Just let him in,” ujar polisi muda yang satunya. Karel melihat name tag yang terpasang di seragam polisi itu, nama Hanan terukir disana.

Oh, he was one of Joel's acquaintances.

Begitu diperbolehkan, Karel langsung melangkah masuk. Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana chaosnya keadaan di dalam rumah tersebut. Tante Yola sedang berbincang dengan dua pihak kepolisian di ujung ruangan. Atensi Karel hanya tertuju pada sebuah koper yang sudah terbuka, menampakkan jasad seorang perempuan disana. Ia lantas menghela napas panjang.

Shit. I'll got caught then, I guess?” gumam Karel pelan. Bahkan sangat pelan hingga yang dapat mendengar hanyalah dirinya sendiri.

No, you won't,” sahut suara bariton seorang lelaki.

Karel menoleh kaget. Polisi itu, Hanan, tiba-tiba saja sudah berdiri disampingnya dengan pandangan lurus menatap ke depan – ke tempat dimana jasad itu ditemukan dengan keadaan naas dalam koper. Jantung Karel berdetak kencang, mengira dirinya akan ditangkap saat itu juga oleh polisi bernama Hanan. Namun ternyata, dugaannya salah.

You won't get caught.”

The police was on his side.

Seharusnya Karel paham, siapapun yang berada di pihak Joel maka akan berada di pihaknya juga. That's mean polisi itu gak akan menangkap Joel maupun Karel meskipun ia tau siapa dalang dibalik kekacauan hari ini.

What the hell is going on?!”

Semua atensi orang-orang yang masih berada di TKP kini tertuju pada seorang gadis berambut panjang yang baru saja menerobos masuk. Polisi bernama Hanan dengan sigap menahan pergerakan gadis itu. Raut wajahnya menyiratkan kepanikan yang kentara, kedua bahunya naik turun dengan deru napas memburu.

“Ah, Cherissa? You are the new owner of this house, right?”

“Iya... Pak, ini ada apa ya?” tanya Cherissa, tampak clueless.

“Anda akan kami tahan karena sudah menyembunyikan mayat dan menghalangi investigasi.”

What? I do nothing! Why am I arrested?

Tante Yola langsung menginterupsi, “Pak, ini ada salah paham. Saya udah bilang anak ini gak mungkin—”

Well, she can explain that in the police office,” ujar polisi itu.

Cherissa, gadis itu, tampak memberontak saat kedua tangannya mulai diborgol oleh salah satu polisi. Ia masih berteriak tidak terima meski polisi sudah berkali-kali menjelaskan alasan ia ditangkap.

“Demi Tuhan, saya gak ngapa-ngapain Pak! Saya aja takut sama darah mana mungkin saya nyembunyiin mayat di dalem rumah saya sendiri? Lagian saya baru aja pindah kesini, Pak!”

Karel mengalihkan pandangan, tak sanggup melihat bagaimana pihak kepolisian lagi-lagi menangkap gadis tidak bersalah di depan matanya. Ah, sampai kapan ia harus menghadapi kejadian seperti ini?

See? You won't get caught,” kata Hanan lagi sambil menepuk pundak Karel. “Well, have a nice day, Karel Erlangga.”